SAHABATKALTIM, KUKAR : Upaya melestarikan budaya Kutai tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah daerah. Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Cagar Budaya Disdikbud Kukar, M. Saidar, menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, termasuk sektor swasta, dalam menjaga keberlangsungan identitas lokal.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam Bincang Malam Ekspresi Budaya Tradisional Kukar yang digelar di Taman Titik Nol Tenggarong, Sabtu (23/8/2025).
Menurut Saidar, perusahaan memiliki kewajiban sosial yang bisa diarahkan untuk mendukung kegiatan seni dan budaya masyarakat. Melalui program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP), sudah ada aturan yang memungkinkan perusahaan melakukan pembinaan komunitas seni di wilayah operasionalnya.
“Kolaborasi ini sangat mungkin dilakukan, bahkan beberapa kecamatan sudah mulai menjalin kemitraan dengan perusahaan untuk mendukung kegiatan budaya,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti peran organisasi Sempekat Keran Putai yang selama ini menjadi jembatan komunikasi antara seniman, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Menurutnya, keberadaan organisasi semacam ini membantu menjaga marwah kebudayaan Kutai agar tetap berdiri tegak.
Lebih lanjut, Saidar menekankan perlunya ruang publik yang lebih terbuka bagi seniman. Ia menyebut pasar, taman kota, hingga pusat keramaian bisa menjadi arena ekspresi seni, tidak hanya panggung formal.
“Yang penting ada wadah untuk berkarya sekaligus melestarikan identitas budaya,” ujarnya.
Menutup paparannya, Saidar mengingatkan bahwa masyarakat Kukar akan segera menghadapi agenda besar, Erau Adat Kutai pada September mendatang. Ia berharap perhelatan tersebut tetap dijaga kesakralannya.
“Erau bukan sekadar festival, melainkan warisan yang bermakna mendalam. Sudah seharusnya kita jaga martabatnya,” tegasnya. (adv/*nda)



















