SAHABATKALTIM, KUKAR : Lembaga Pendidikan Non Formal menjadi salah satu upaya dalam menekan angka kemiskinan di Kukar. Pasalnya, indikator penyumbang angka kemiskinan ialah pendidikan.
Hal itu disampaikan oleh Plt Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar Pujianto, di Tenggarong, belum lama ini.
Ia mengatakan, tingginya angka anak putus sekolah menjadi salah satu penyumbang indikator kemiskinan di Kukar. Karena itu, hadirnya SKB diharapkan mampu memberi kesempatan masyarakat untuk kembali menempuh pendidikan.
“Harapan kita dengan adanya SKB dan PKBM ini, semakin banyak warga yang bisa melanjutkan pendidikan sehingga indikator kemiskinan bisa ditekan,” jelasnya.
Selain program kesetaraan Paket A, B, dan C, SKB juga menawarkan pendidikan keaksaraan bagi pemberantasan buta huruf serta pelatihan keterampilan (life skill). Program ini tidak hanya membuka akses pendidikan, tetapi juga membekali masyarakat dengan kemampuan praktis yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
Pujianto menegaskan, pendidikan non-formal ini terbuka bagi semua kalangan tanpa batasan usia, meski prioritas tetap pada anak usia sekolah. Tenaga pendidik bisa berasal dari guru formal maupun direkrut langsung oleh SKB.
“Banyaknya masyarakat yang tidak menuntaskan pendidikan menjadi tantangan bagi kita. Dengan semakin banyak yang terserap ke lembaga non-formal, insya Allah kemiskinan yang dipicu oleh rendahnya pendidikan dapat diminimalisir,” ungkapnya.
Diketahui, pada 2025 ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayan (Disdikbud) Kukar tengah mendirikan 8 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) diantaranya di Kecamatan Loa janan.
Kemudian, Kecamatan Anggana, Muara Badak, Muara Kaman, Kembang Janggut, Tenggarong, Samboja, dan Kota Bangun. (adv/*nda)



















