SAHABATKALTIM, KUKAR : Saat geliat industri dan perkebunan kelapa sawit terus merambah ke wilayah Hulu Mahakam, Kecamatan Kenohan memaksimalkan potensi perikanan.
“Wilayah kami dikelilingi sawit dan perusahaan, tapi masyarakat tetap memilih sungai sebagai sumber kehidupan,” ujar Camat Kenohan, Kaspul.
Desa-desa seperti Semayang, Teluk Muda, Kahala, dan Kahala Ilir masih menjadi pusat aktivitas nelayan tangkap. Dari kawasan perairan yang tenang namun kaya, ikan-ikan segar terus mengalir, bahkan sampai ke pasar besar seperti Jakarta, Surabaya, hingga Ujung Pandang.
“Dulu pengiriman ikan hampir tiap minggu. Sekarang lebih terbatas, tapi tetap berjalan,” ungkapnya.
Meski tren budidaya perikanan mulai muncul di tempat lain, Kenohan justru semakin meneguhkan jati diri sebagai pusat nelayan tangkap. Lebih dari sekadar mata pencaharian, tradisi ini telah menjadi warisan turun-temurun yang membentuk karakter dan solidaritas masyarakat.
Uniknya, penurunan volume tangkapan justru bukan semata karena stok ikan menipis. Tapi karena kesadaran kolektif nelayan untuk menjaga keseimbangan alam. Kini, mereka mulai menerapkan teknik tangkap ramah lingkungan dan menyesuaikan pola panen dengan siklus alam.
“Ini bukan tanda kemunduran, tapi kemajuan dalam berpikir,” tegasnya.
Pemerintah Kecamatan tak tinggal diam. Mereka mulai membuka kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk membentuk koperasi nelayan yang profesional, mengembangkan akses pasar, dan menjajaki teknologi sederhana yang sesuai dengan karakter masyarakat pesisir.
“Selama Mahakam belum kering, perikanan tak akan mati. Kami hanya perlu merawat semangatnya,” pungkasnya. (adv/*nda)